Jumat, 23 September 2011

Edelweiss

Konon dahulu kala di puncak pegunungan Alpen yang tertutup salju abadi, hidup seorang Ratu Es yang cantik jelita memiliki hati yang kejam, sekejam badai salju yang kerap terjadi di pegunungan Alpen, hatinya sedingin es abadi yang meutupi puncak pegunungan, dia merana hidup seorang diri dan kesepian, meski ditemani oleh para peri kecil yang menjadi dayang dan sekaligus pengawalnya. Seringkali sang ratu merasa sangat kesepian, maka untuk memanggil siapa saja yang ada di bawah pegunungan, dia akan mengalunkan sebuah nyanyian, suara sang ratu sangat merdu dan mengandung kekuatan magis, para pendaki yang kebetulan mendengar suara nyanyian merdu sang ratu akan kehilangan arah, dan tersesat. Dapat dipastikan, para pendaki tak akan pernah pulang ke rumah untuk selama-lamanya. Sebenarnya para pendaki itu dikumpulkan di suatu tempat oleh para dayang sang ratu, lalu sang ratu akan bermain-main sepuasnya dengan orang-orang yang berhasil diculik tersebut. Bila sudah bosan bermain, maka sang ratu akan memerintahkan para dayang untuk menjatuhkan orang-orang tersebut dari atas tebing puncak Alpen, tamatlah riwayat para pendaki yang tersesat itu.

Fix You

When you try your best, but you don't succeed
When you get what you want, but not what you need
When you feel so tired, but you can't sleep
Stuck in reverse
When the tears come streaming down your face
When you lose something you can't replace

Kamis, 01 September 2011

entahlah (again)

Entahlah...
Saya bingung...
Dan semua alasan mu kini tertolak semuanya...
Kalau kau bukan malu terlihat dengan ku dalam satu foto, apalagi?????
Ketanya karena ini lah.,itulah..
Tapi apa yang terjadi?? Kosong belaka..
Mending jujur sejak awal itu lebih baik rasanya

Jumat, 27 Mei 2011

entah aku pun tak mengerti

Entah apa yang sedang terjadi?? Akupun tak mengerti
Entah Apa yang sedang ku rasa?? Lagi" Akupun tak mengerti
Logika ku pun tak mampu menjawabnya..,
Bukan nya ku meragu, dan bukan pula ku tak percaya
Tapi sungguh dan percayalah ada sesuatu yang aneh terjadi ketika melihat mu bersamanya
Bukannya ku melarang dan bukan pula tak senang., namun percayalah ku tak sanggup melihat mu berjam" berdua dengannya
Tau kah kau apa yang ku rasa??? Yah ku harap begitu
Mungkin sejak awal memang ku tlah salah., yah melakukan kesalah yang indah mungkin yaitu membuka selebar"nya hatiku untuk mu., yang sudah ku berusaha menutupnya dengan rapat
Mungkin tak berlebihan bila ku katakan ku terlalu sayang pada mu., yang seharusnya belum saatnya namun itulah yang terjadi
Ku harap kau mengerti.....
Ku tak meminta apa" ataupun penjelasan
Yang kupinta cukup pengertian mu., yah cukup itu saja, bolehkah?? Yah semoga kau mendengarkan bisikkan hati ku ke hati mu ini
Sekali lagi maaf karena ku tak bisa dan tak akan pernah bisa
Apakah ini yang di sebut dengan cemburu?? Yah entahlah..
Namun., tenanglah saja., berbahagialah dear...,
karena dengan melihat mu bahagai akupun kan bahagia juga

entah aku pun tak mengerti

Entah apa yang sedang terjadi?? Akupun tak mengerti
Entah Apa yang sedang ku rasa?? Lagi" Akupun tak mengerti
Logika ku pun tak mampu menjawabnya..,
Bukan nya ku meragu, dan bukan pula ku tak percaya
Tapi sungguh dan percayalah ada sesuatu yang aneh terjadi ketika melihat mu bersamanya
Bukannya ku melarang dan bukan pula tak senang., namun percayalah ku tak sanggup melihat mu berjam" berdua dengannya
Tau kah kau apa yang ku rasa??? Yah ku harap begitu
Mungkin sejak awal memang ku tlah salah., yah melakukan kesalah yang indah mungkin yaitu membuka selebar"nya hatiku untuk mu., yang sudah ku berusaha menutupnya dengan rapat
Mungkin tak berlebihan bila ku katakan ku terlalu sayang pada mu., yang seharusnya belum saatnya namun itulah yang terjadi
Ku harap kau mengerti.....
Ku tak meminta apa" ataupun penjelasan
Yang kupinta cukup pengertian mu., yah cukup itu saja, bolehkah?? Yah semoga kau mendengarkan bisikkan hati ku ke hati mu ini
Sekali lagi maaf karena ku tak bisa dan tak akan pernah bisa
Apakah ini yang di sebut dengan cemburu?? Yah entahlah..
Namun., tenanglah saja., berbahagialah dear...,
karena dengan melihat mu bahagai akupun kan bahagia juga

Selasa, 17 Mei 2011

harapan

Harapan tanpa keyakinan sama dengan kosong
Yah itu salah satu status yang ku baca di sore ini
Yang mana cukup menginspirasiku untuk kembali mulai menulis
Menuliskan apa yang ada dalam otak ku, menggambarkan apa yang ada dalam benakku dan menjadi suatu pembelajaran baru.
Yah saya sengat sepakat dengan kata itu, betul adanya bahwa harapan tanpa keyakinan adalah kosong, jadi ketika kau berharap akan sesuatu namun kau tidak yakin, sebaiknya tak perlu kau lanjutkan harapan mu itu karena hnya akan menjadi angan kosong yang tak tahu akan kah kau sampai disana atau tidak begitu pula dengan ketika kau berharap kepada orang lain yang ternyata orang itu tak yakin kepada mu, maka tak perlu kau lanjutkan harapan mu itu karena hanya akan menjadi harapan yang sia-sia.
Tak di pungkiri rasa ragu memang terkadang menghampiri, namun untuk hal" tertentu jangan lah kau meragu, khususnya kepada orang yang kau sayangi dan orang itu ada dalam hati mu., karena bisa saja ketika ragu mu tak kunjung usai orang yang kau sayangi itupun akan berlalu bagaikan angin seperti di sore hari ini..,
Karena terkadang kita menyadari sesuatu itu berharga untuk kita ketika dia sudah tak bersama kita lagi
.Sekian.

Berbicara tentang "kita"

Berbicara tentang "kita", berarti ini bukan sj menyangkut saya ataupun kamu seorang tetapi "kita"
Berbicara tentang "kita", selayaknya bagai sebuah koin dengan sisi yang berbeda namun satu dalam koin tersebut
Berbicara tentang "kita", layak sebuah pohon yang mana harus di sirami, di beri pupuk, dan saling menjaga, agar dapat tumbuh besar dan subur tak mati di makan waktu
Berbicara tentang "kita", bagai sebuah kapal yang mengarungi samudra luas, yang mana harus ada kepedulian antar sesama nahkodanya, dalam melwan hujan dan badai yang menerpa
Berbicara tentang "kita",
Yah berbicara tentang kita...
Sekian......

Senin, 11 April 2011

Remember My Sweet Moments

Will you remember our sweet moments
and cherished them the way I do
How we spent our special moments together
How we used to share it all…
Will you remember me the way
I remember you.. Will you be the same
The last time I saw you, you are the sweetest
Every moment with you is the sweetest one…..

Jumat, 11 Maret 2011

“untuk yang tak pernah nyaman” 
“yang tak pernah berhenti mencari” 
“untuk siapa yang bertujuan untuk tersesat” 
“mengikuti kemana hati ingin pergi” 
“untuk yang malu untuk malu” 
“berusaha sama agar berbeda” 
“untuk yang takut” 
“takut pada penyesalan” 
“untuk sang pelopor dan sang pemberontak” 
“lupa daratan pada setiap tantangan dan kemungkinan” 
“untuk yang siap tersandung tanpa harus jatuh” 
“untuk yang siap mencari dan tersesat” 
“untuk yang siap hidup untuk diri”

Kamis, 03 Maret 2011

Rindu Setengah Vial

malam semakin larut
dan entah kenapa wajah mu, senyum mu yang hadir
yang walauun tlah lama hilang dari hadap ku
namun kau kini hadir kembali, dan begitu nyata terasa

yah ku rindu kamu
rindu setengah vial
bantu aku terlepas dari belenggu ketidakpastiaan ini
dari belenggu rindu mu

ku tak ingin kau hilang dari hadap ku
ku tak ingin kau bersedih
ku tak ingin jauh dri mu
namun ku terjebak dalam lingkaran ketidakpastian

yah entah kenapa ku merindu mu
merindu dimana kita tlah banyak menghabiskan suka duka bersama dalam satu wadah
merindu dimana kita menghabiskan akhir pekan dalam genggam erat senyummu
merindu setiap lentik jari mu
dimana kamu kini???

maaf untuk segala ke apatian selama ini
maaf untuk setiap bahasa yang tak terucap
dan maaf karena ku sedang merindu  mu
yah.. hanya diri mu
sadarkah kamu???

Rabu, 02 Maret 2011

PUDARNYA PESONA CLEOPATRA

 Dengan panjang lebar ibu menjelaskan, sebenarnya sejak ada dalan kandungan
aku telah dijodohkan dengan Raihana yang tak pernah kukenal.” Ibunya Raihana
adalah teman karib ibu waktu nyantri di pesantren Mangkuyudan Solo dulu”
kata ibu.”Kami pernah berjanji, jika dikarunia anak berlainan jenis akan
besanan untuk memperteguh tali persaudaraan. Karena itu ibu mohon
keikhlasanmu”, ucap beliau dengan nada mengiba.



Senin, 28 Februari 2011

seampul hati ku tlah di curi

seampul hati ku tlah di curi
yah seampul hati ku tlah di curi
oleh dirimu yang disana
yang logika pun di buatnya tak berada

ku tlah semakin jatuh
jatuh dalam dirimu yang kini membuat ku luluh
mungkin banyak kata yang tak mampu terucap
namun ku ingin kamu lah,
yah hanya kamulah yang menemani ku kini dan kelak
mau kah kamu???
entahlah ku masih menunggu jawab mu
jawaban yang hanya hati mu yang mampu menjawabnya
yah jawablah cukup dengan hati mu
agar terdengar oleh hati ku
maka semunya akan terasa lebih indah

entah apakah kau yang akan menemaniku kelak atau tidak
ku ingin bersyukur dan berterima kasih telah menadi bagian dari hidup ku.
terima kasih :)

Kamis, 24 Februari 2011

No Space For You Yat!!!

yah hidup memang tak slalu statis melainkan dinamis
kadang hari ini kita sedih,susah dan kecewa dan esok hari kita tersenyum,tertawa dan bahagia
bila diminta untuk menceritakan untuk segala pengalaman itu ,, tak cukup untuk waktu bila hanya semenit atau dua menit
terkdanag dalam hidup juga banyak hal yang tidak kita sadari atau bahkan baru menyadari akan hal" yang kita lewati dalam hidup ini
yah seperti yang ku alami, banyak hal yang baru ku sadari dalam hidup ku, tentang hidup mu dan tentangnya
dan ku sadari bahwa dunia kalian berdua telah begitu nyaman, telah begitu sempurna dan begitu indah dengan warna kehidupan yang mana hanya kalian berdua yang mengisinya.
"waktunya mundur" yah itu yang terlintas di benakku,
maaf bila telah mencoba masuk dalam dunia indah kalian, ku sadari "No Space for me!!"
terlintas lagi "kamu siapa?? mau ikutan masuk dalam hidupnya, tak usahlah hidupnya sudah begitu indah,sudah begitu nyaman,kamu hanya bagian riak-riak penganggu"
kecewa?? yah mungkin saja.., tapi tak apalah.., yang penting kau bahagia itu sudah cukup
mungkin saya juga yang salah sudah melewati batas rasio,terikut perasaan dan berharap lebih..,

Sabtu, 15 Januari 2011

renungan dan harapan

jadilah seperti air,suci lagi mensucikan,
bergerak untuk menghidupkan,mengalir untuk kebaikan, memancar dengan kekuatan
dikelola menjadi energi bagi kehidupan.
semangat berjuang dan terus memaknai kehidupan.
semoga bisa menjadi lebih baik, memberi yang terbaik, mendapatkan dan menjadi yang terbaik.
tetap semangat menebarkan benih-benih kebaikan pada orang lain di muka bumi.
karena syurga terlalu luas untuk di huni seorang diri.

Working Mom VS Full Time Mother

barusan saya membaca sebuah artikel dan sedikit tercengang dengan judulnya, yang mana judulnya menurut saya begitu syarat makna, yang mana sebenarnya isi dari artikel ini lebh di tujukan kemana dan bagaimana pilihan yang akan di ambil oleh para kaum hawa, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk di baca juga para lelaki-lelaki hehehe
menurut saya artikel ini cukup menarik untuk dibaca karena dua-duanya berdasarkan kisah nyata, yah semoga kta bisa mengambil hikmahnya
selamat membaca :)

Kepemimpinan ‘Partnership’ Suami (Zaim Uchrowi)
Selama
juli kemarin, saya dan anak-anak empat kali ditinggal istri. Mula-mula
ia pergi ke Singapura. dua hari disana. Senin berikutnya, ia terbang ke
Kamboja dan baru pulang Jum’at malam. Seninnya lagi, ia berangkat ke
Srilangka.lagi- lagi pulang jumat. Dua hari kemudian ahad, ia terbang
ke San Fransisco, hingga ahad berikutnya.

Situasi itu tak lazim bagi kebanyakan keluarga kita. Bagi keluarga
saya yang demikian itu sudah semakin menjadi biasa. Ira istri saya,
belakangan ini semakin sering pergi. Dalam sebulan, rata-rata ia tiga
kali keluar negeri. terutama sejak ia ditunjuk sebagai manajer Divisi
Vendor Compliance untuk wilaya Asia Tenggara.

Tahun lalu Ira hanya menangani 80 pabrik di Indonesia. mulai dari
Medan, Batam-Bintan hingga Pasuruan. Dengan pekerjaaanya itu, Ira harus
memastikan bahwa 80.000 buruh yang bekerja untuk pabrik-pabrik suplier
perusahaanya- sebuah industri garmen Amerika dan kini terbesar
sedunia-mendapat perlakuan secara memadai. Setidaknya agar mereka tidak
diperas pabrik, mendapat haknya secara wajar, mendapat lingkungan kerja
yang memadai untuk ukuran industri, serta keselamatan kerjanya pun
terjamin.

Tahun ini jangkauan Ira diperluas. Kini ia harus bertanggung jawab
atas kondisi pekerja sekitar 350 pabrik di Asia Tenggara. Indonesia
tentu saja Singapura, Malaysia Kambojadan Brunei. Ia harus memonitor
secara detil iklim kerja diseluruh pabrik tersebut, sekaligus
mempelajari undang-undang tentang ketenagakerjaan setiap negara. Ia
harus berdebat dan ‘menaklukan’ para pengusaha yang nakal, sekaligus
meyakinkan kawannya dari divisi lain yang berkepentingan menjalin
bisnis dengan pengusaha tersebut. Hampir semua mereka beretnis Tionghoa
dari berbagai negara. Tak satupun Melayu.

Saya Insya Allah, tidak terganggu sama sekali dengan kesibukan Ira
yang sangat padat tersebut. Setidaknya sejak saya memutuskan untuk
memperistri Ira, 1987 lalu. Sedari kecil ia bukan sosok yang
“baik-baik” tinggal di rumah. Mungkin karena kehilangan figur ayahnya
yang meninggal , ia mencari lewat berbagai kegiatan. Drama di waktu SD,
pramuka dan kegiatan Masjid di waktu SMP, serta Osis (ia salah seorang
ketua) di SMU.

Saat menikah, ia baru kuliah tingkat satu. Saya harus hijrah
kembali ke Jakarta (dari Surabaya) sedangkan ia berada di Malang,
sambil harus membesarkan anak seorang diri. Ira dapat menyelesaikan
kuliahnya tepat waktu di Universitas Brawijaya bahkan menjadi salah
satu lulusan terbaik di fakultasnya.

Kemudian, tujuh tahun digerakan konsumen memberinya akses yang luas
pada jaringan Internasional. Para aktifis gerakana yang mempromosikan
ASI-dan menentang penggunaan susu formula bagi bayi-dunia terutama dari
kalangan IBFAN (International Baby Food Action Network) mengenalnya
dengan baik. Desember lalu ia bahkan diminta oleh IBFAN untuk mewakili
Asia-kemudian bahkan Dunia-untuk menerima penghargaan Right Liverhood
Award yang di Swedia diisitilahkan sebagai “Nobel Alternatif”.

Ira di usianya kini 31 tahun-berpidato di depan parlemen Swedia.
Lengkap dengan jilbabnya pula. Esoknya, fotonya pun muncul dibeberapa
surat kabar setempat. Juli, di tahun yang sama Ira juga memberi pidato
puncak pada sekitar 500-an manajer perusahaanya dari seluruh dunia di
San Fransisco. “Dari sepuluh ribu karyawan di seluruh dunia, kurang
dari sepuluh yang muslim. Itu pun hanya saya yang berjilab”, katanya.
Ia terpilih untuk mewakili sebagai Vendor Compliance Officer terbaik di
seluruh dunia.

Haruskan saya, sebagai pimpinan rumah tangga, membunuh seluruh
potensi itu dengan memaksanya untuk tinggal di rumah? sedangkan ia
terbukti mampu berbuat banyak untuk masyarakat, menyelamatkan banyak
generasi mendatang dengan mempromosikan ASI, memperjuangkan nasib
puluhan ribu buruh pabrik (termasuk memperjuangkan hak buruh-buruh
etnis Champa untuk memperoleh Mushalla di Kamboja), juga menjadi “PR
Islam” untuk lingkungannya, yakni bahwa seorang muslim, baik laki-laki
atau perempuan dapat menjadi seorang yang terbaik, intelektualitas
maupun profesionalitas.

Apakah dengan begitu kepemimpinan saya sebagai suami goyah?. Apakah
saya tak mampu menghidupi keluarga saya bila Ira menghentikan
kariernya? Insya Allah tidak. Saya tidak menyoal sama sekali ayat
populer “Arrijalu qowwamuna’ alannisa,” meskipun banyak tafsir yang
berkembang soal ayat itu.Saya bertanggung jawab sepenuhnya terhadap
‘arah dan ‘warna’ keluarga saya. Hanya barangkali pola kepemimpinan
saya sedikit berbeda dengan pola kepemimpinan kebanyakan suami.

Sampai sekarang pun, jika mau saya dapat menggunakan otoritas saya
sebagai pemimpin keluarga tanpa Ira dapat menolaknya. Tapi saya merasa
, cara kepemimpinan demikian tidaklah benar.
Di masa sekarang,
apalagi mendatang, gaya kepemimpinan ‘partnership’ lebih sesuai
dibandingkan dengan gaya kepemimpinan ‘otortier’ (maaf sebenarnya ini
bukan istilah yang tepat), dalam keluarga sekali pun. Dalam gaya
kepemimpinan ini, yang menjadi kunci bukan lagi dominasi sikap,
pemikiran ataupun tindakan suami. Baik itu disampaikan secara tegas,
maupun dengan sangat halus dan lembut. Dalam kepemimpinan ‘prtnership’
yang lebih diperlukan adalah diskusi, dialog untuk mendapatkan format
yang terbaik dalam keluarga. Dialog tersebut harus terus dikembangkan
karena setiap hari kita menghadapi situasi baru. Indikator sederhana
tingkat dialog tersebut adalah seberapa sering suami istri
mendiskusikan situasi, keadaan, pola, hingga posisi yang dikuasai
masing-masing dalam berhubungan intim.

Dengan pola kepemimpinan ini, pemimpin tidak menempatkan diri untuk
“menggurui” atau mendikte. Walaupun dilakukan secara halus. Pemimpin
perlu menempatkan diri sebagai moderator yang cerdas, yang mampu
mengeksplorasi seluruh gagasan dan pikiran anggota keluarga, lalu
membuat sintesa yang paling baik dan diterima semua pihak. Acapkali
suami ‘takut’ untuk berdiskusi. Banyak suami tidak siap bila sang istri
mengambil peran yang cukup besar di rumah tangga dan merasa “kehilangan
harga diri”. seolah tugas suami selalu mencari nafkah, sedangkan adalah
tugas istri adalah menangani seluruh tugas domestik atau pekerjaan
rumah tangga.padahal cukup banyak variasi yang dimungkinkan dalam pola
hubungan suami-istri. Semuanya tergantung dari karakter masing-masing
pihak.

Pola hubungan Muhammad-Khadijah sangat berbeda dengan pola hubungan
Muhammad-Aisyah. Karakter keluarga saya, kebetulan lebih dekat dengan
pola pertama dibanding kedua. Tanpa banyak diskusi, saya khawatir,
kebahagiaan keluarga yang diidamkan hanya akan dicapai secara semu.
Perempuan dan anak-anak akan cenderung menajdi ‘korban’. Acapkali istri
terpaksa menerima ‘kodrat-nya’, mengubur dalam-dalam potensinya untuk
dapat berperan langsung dalam masyarakat, sepenuhnya menjadi ‘mahluk
domestik’, sekedar menjalankan fungsi reproduksi (yang tidak mungkin
tak merasakan kenikmatannya sebagaimana yang dirasakan sang suami),
serta kehilangan identitas dirinya karena ia telah menjadi “ummu….atau
umminya…”

Saya bukan penganjur wanita untuk berkarier dan saya juga bukan
saya juga bukan penganjur wanita untuk dirumah saja…setiap orang punya
kecenderungan masing-masing. Biarkan kecenderungan itu tumbuh tanpa
dipatahkan . Tinggal bagaimana mengelolanya secar baik, sesuai dengan
keadaan masing-masing.

Khadijah adalah insvestor bisnis perdagangan antar bangsa pada
zamannya. Barangkali sekelas George Soros atau Rupert Murdoch sekarang.
Sedangkan Aisyah mewarnai rumah tangga dengan kemanjaannya. Muhammad
saw tidak memukul rata mereka untuk menjadi seragam: istri adalah
penunggu dan pekerja domestik bagi suami dan anak-anak.

Bagi suami dengan pola kepemimpinan ‘partnership’ istri di rumah
atau berkarier sama baik. asalkan pilihan itu sudah dipertimbangkan
secara cermatdan benar-benar menjadi pilihan hati sang istri. Pemaksaan
apakah untuk tinggal di rumah atau untuk bekerja, pada dasarnya
mengingkari prinsip islam agar setiap umatnya kritis, berhati tulus dan
berfikir merdeka hanya dengan mengilahkan- Nya. Sayang banyak suami
yang lebih banyak mengikuti naluri primitifnya male chauvinistic
ketimbang menengok teladan Muhammad terutama dalam berkeluarga denagn
ummul mukminin, Khadijah) meskipun sambil mengutip hadits.

Bisa saja pendapat saya ini keliru karena keterbatasan ilmu agama
saya. tapi saya berdoa, mudah-mudahan Allah memberi jalan yang baik
bagi keluarga saya. jalan baik itu , Insya Allah hanya akan diberikan
bila suami istri saling respek. Secara lahiriah , itu kami wujudkan
setiap habis sholat berjama’ah. Ira selalu mencium tangan saya dan saya
ganti mencium tangan Ira. Saya akan memijat kaki Ira, bila ia capek. ia
pun akan memijat kaki saya bila saya capek. bagi saya Ira bukan hanya
istri, ia juga sahabat

terbaik saya.

* Zaim Uchrowi
Pemred Tabloid Adil
Dimuat di Kolom Ayah Majalah Ummi, 1999
http://zaimuchrowi/. wordpress.com/ 2009/ 05/12/kepemimpinan- partnership- suami/

VS

Full Time Mother

Selasa, 02/03/2010 12:48 WIB | email | print | share
Oleh Ummu Zahrah

Dia
seorang wanita cerdas, terlahir di keluarga berada, lulusan sebuah
perguruan tinggi ternama di Bandung dan memiliki kemampuan di atas
perempuan biasa. Semangatnya tinggi untuk belajar, dan itu dia buktikan
ketika dia harus menemani sang suami menyelesaikan doktornya di Jerman.
Dalam waktu setahun, ia mampu menguasai bahasa Jerman, sehingga hampir
semua urusan bank, asuransi kesehatan, urusan dengan imigrasi ataupun
urusan sehari-hari yang memerlukan penguasaan bahasa Jerman dapat ia
selesaikan sendiri tanpa harus merepotkan sang suami.

Alhamdulillah dengan dukungan isterinya tersebut, sang suami mampu
menyelesaikan program doktornya tepat pada waktunya 3 tahun, walaupun
umumnya banyak kasus perpanjangan karena beratnya syarat kelulusan
doktor. Perannya sebagai seorang isteri yang mampu mensupport suami
tidaklah diragukan.

Dia, sebutlah namanya Tari adalah seorang isteri dan ibu yang
mandiri. Tetapi bukan hanya itu, yang membuatnya berbeda adalah dia
seorang full time mother dan dia bangga dengan hal itu. Dia mengabdikan
hidupnya di rumah sebagai manajer rumah tangga, merawat anak-anaknya
sendiri, mengerjakan urusan rumahnya sendiri, tanpa memanjakan diri
dengan bantuan seorang asisten rumah tangga/pembantu. Sepulang dari
Jerman pun, dia tetap melakukan hal yang sama di Bandung. Suatu hal
yang lumrah terkadang di luar negeri bila kita melakukan semuanya
sendiri karena fasilitas asisten RT sungguh merupakan barang mewah.

Tetapi di Indonesia, adalah hal yang umum para ibu-ibu yang bekerja
atau bahkan tidak bekerja di luar, tetap menggunakan fasilitas asisten
RT. Setiap pulang berkunjung dari rumahnya, saya bisa melihat betapa
Tari sangat bahagia berada dekat dengan anak-anaknya setiap detik, jam
dan hari. Dia lah madrasah anak-anaknya, tanpa memanggil guru les atau
sebagainya, Tari mampu mendidik anak-anaknya melebihi anak-anak normal
seusianya. Dengan pendidikan dini yang dia terapkan sejak awal, anaknya
tumbuh cerdas dan penuh tercurahkan kasih sayangnya. Ya, itulah Tari
adikku, seorang wanita cerdas berpotensi besar tetapi lebih memilih
mencurahkan potensinya untuk membangun surga di rumahnya, menjadi
madrasah untuk anak-anaknya.

***

Sepulang menginap dari rumah Tari, tantenya, anak-anak
saya biasanya langsung heboh memberikan laporan singkat ke ummi dan abi
mereka. ”Tante Tari bikin ini sendiri lho, trus kita bikin itu, trus
sebelum tidur kita diceritain cerita ini, cerita itu tetapi syaratnya
harus menyetor hapalan surat-surat al-Quran dan membaca Iqra dulu”.
Kemudian disambung lagi dengan kalimat, ”Shofi (umur 5 tahun) dah iqra
enam lho, Mi, bentar lagi al-Quran. Teteh (umur 6 tahun) kalah deh,
masih iqra 5.” Adiknya pun tidak mau kalah menambahkan, ”Tante Tari
hebat yah mi, pinter masak. Trus kita main ini, kita bikin kartu, kita
bikin itu bla, bla, bla” Saya hanya tersenyum simpul sambil melirik abi
mereka. Saya sudah dapat membayangkan seabrek aktivitas menyenangkan
yang mereka lakukan di rumah sepupunya. Mulai dari menggambar, mewarnai
sampai mengguntingnya menjadi kartu cantik, ataupun permainan-permainan
kreatif lain. Rumah Tari memang penuh dengan semua

fasilitas permainan dari arena panjat, perosotan dan sebagainyanya yang
membuatnya merasa nyaman memberikan kesempatan bagi anak-anaknya
bereksplorasi dan bermain sepuasnya sehingga belajar sambil bermain di
rumah menjadi tidak membosankan.

Tari memang guru yang cerdas dan punya seabrek ide kreatif. Sungguh
saya salut dengan keseriusannya dalam mendidik anak-anak. Dengan
menjadi ibu full time toh tidak meluruhkan seluruh ilmu yang ia timba
di universitas, bahkan dengan fasilitas internet dan laptop pribadinya,
Tari bisa selalu up to date dan terus menambah wawasan dirinya.
Walaupun banyak orang di sekelilingnya kerap menyayangkan keputusan
Tari untuk menjadi full time mother, mendesaknya untuk mengambil S2,
untuk bekerja di luar dan sebagainya, tetapi Tari tetap bangga dan
yakin dengan pilihannya.

***

Full time mother, suatu cita-cita yang pernah menjadi
impian saya dan sampai saat ini pun saya masih terus mengimpikannya.
Alhamdulillah saya sempat menikmati menjadi full time mother walau
hanya setahun selepas kelulusan master dan kelahiran anak kedua.
Dikelilingi anak-anak dan suami, memanage urusan rumah, beraktivitas
dengan anak-anak di setiap berputarnya waktu, bermain di taman,
refreshing ke jidoukan (taman bacaan anak-anak), merupakan saat-saat
yang paling membahagiakan.

Keharusan untuk meninggalkan baju kebesaran itu, sungguh pilihan
yang tidak mudah. Walau saya tahu, saya harus meniatkan jalan ini
sebagai jihad, tetapi harus saya akui waktu-waktu yang terlewatkan
dengan anak-anak, hari demi hari semakin bertambah. Hitunglah secara
matematis simpel saja, berapa jam seorang wanita seperti saya berada di
rumah? Pergi dari rumah jam 7, mulai jam 8 sampai jam 4 saya di kantor,
jam 5 saya baru sampai di rumah, baru bisa berinteraksi dengan mereka.
Jam delapan malam mereka sudah siap untuk tidur, setelah 'ritual'
membaca Iqra atau buku dan hapalan surat-surat pendek, yang terkadang
ritual itu mulai sering didiskon karena kepenatan dan keletihan saya.
Pagi bangun tidur hanya sekitar 1-2 jam saya menyiapkan mereka dari
bangun, mandi dan sarapan bersama sebelum si teteh pergi ke sekolah dan
adiknya di rumah.

Jadi interaksi seorang wanita yang bekerja seperti saya, sehari
hanya mampu menghabiskan waktu bersama anak-anaknya sekitar 4–5 jam
sehari. Belum dengan tambahan pengurangan apabila ada lembur, dinas
luar kota atau dinas ke luar negeri. So, anda bisa hitung sendiri
kira-kira berapa waktu anda yang hilang.

Suatu alasan klise yang mengatakan, kualitas lebih penting daripada
kuantitas. Sebuah excuse yang kerap dilontarkan oleh seorang ibu wanita
pekerja. Come on, Akuilah, kuantitas pun sama pentingnya, semakin
banyak kuantitas semakin erat hubungan seorang anak dengan orang
tuanya, kedekatan emosi, dan limpahan kasih sayang. Hampir bisa
dikatakan, kualitas berbanding lurus dengan kualitas. Terus terang,
saya lebih merasa bahagia dan bangga melihat anak tumbuh dan mampu
melakukan sesuatu (dia mampu berjalan, lulus toilet training-nya atau
bisa mengucapkan kata-kata pertamanya) dibandingkan prestasi pribadi
atau kebanggaan akan sebutan lady engineer yang melalang buana ke
negara-negara luar.

***

Di zaman rasulullah, banyak sekali atau bahkan hampir
semua adalah full time mother, mereka tetap dapat beraktivitas dan
berperan serta dalam ber-home industri, berdakwah atau menuntut ilmu.
Menjadi full time mother tidaklah hal yang mudah, saya yakin sekali
hanya wanita-wanita tangguh, mungkin seperti anda atau ibu anda yang
mampu melakukannya. Bila kebanyakan orang bercita-cita untuk membina
karirnya di luar, saya yakin masih ada segelintir wanita-wanita tangguh
dan cerdas yang bangga menjadi seorang full time mother. Alhamdulillah,
sekalipun saya melihat adanya kecenderungan banyak sekali wanita-wanita
yang berlomba-lomba mencari kerja dan membina karir, tetapi masih ada
wanita yang merasa bahwa saat ini, ketika anak-anak membutuhkan, tempat
mereka adalah di rumah menemani dan mendampingi anak-anak mereka.
Semoga masih banyak Tari Tari yang lain, yang mengingatkan kita semua
akan tugas utama kita.

My appreciation for every full time mother.
Memoir, March 07


Ummu Hanaya yang sedang bimbang mendekati saat2 terakhir cuti habis...

***
Kutipan kesimpulan:
"Bahwa apapun keputusan yang diambil, apabila seorang ibu tersebut
bahagia, ikhlas, dan mampu berjuang memberikan pendidikan dan
pengasuhan anak yang baik, maka kebahagiaan itu kelak bukan hanya milik
ia sendiri, melainkan juga menjadi milik suami dan anak-anaknya. "

Sabtu, 08 Januari 2011

Kelak Ku hanya berharap

Malam ini,dingin ini, suntuk ini
Entahlah ku bingung semuanya karena hanya mengantarkan ku pada satu sosok
Sosok yang entah kenapa dia tak pernah lelah selalu berlalri dalam alam khayal ku
Sosok yang perlahan mulai merasuk ke dalam dan semakin dalam

Ku sadari, bahwa tak ada yang sempurna
Dan ku sadari bahwa ku takkan mampu mencapai sempurna
Dan ku yakin sebenarnya dia lebih dari ku

Entahlah ku tak ingin berkata ini
Tapi walau berat ingin ku katakan bahwa saat ini kau kau tak pernah  lepas dari alam ingatan ku
Ku tak berani berjanji  apakah esok atau lusa masih kau yang akan di hati ku
Namun ku berjanji  bahwa hari ini,saat ini hanya kau yang meraja

Esok ataupun lusa sebentar lagi kan datang
Dan ku yakin ku takkan selalu mampu berada di samping
Tuk slalu berbagi tawa
Tuk sering berbagi canda
Dan tuk dapat saling menenangkan

Dan ketika esok ataupun lusa itu datang
Dan ketika bukanlah lagi diriku yang di sisimu
Ku hanya berharap kau kan selalu tersenyum indah
Karena hanya itulah yang mampu membuat ku tenang.