Jumat, 23 September 2011

Edelweiss

Konon dahulu kala di puncak pegunungan Alpen yang tertutup salju abadi, hidup seorang Ratu Es yang cantik jelita memiliki hati yang kejam, sekejam badai salju yang kerap terjadi di pegunungan Alpen, hatinya sedingin es abadi yang meutupi puncak pegunungan, dia merana hidup seorang diri dan kesepian, meski ditemani oleh para peri kecil yang menjadi dayang dan sekaligus pengawalnya. Seringkali sang ratu merasa sangat kesepian, maka untuk memanggil siapa saja yang ada di bawah pegunungan, dia akan mengalunkan sebuah nyanyian, suara sang ratu sangat merdu dan mengandung kekuatan magis, para pendaki yang kebetulan mendengar suara nyanyian merdu sang ratu akan kehilangan arah, dan tersesat. Dapat dipastikan, para pendaki tak akan pernah pulang ke rumah untuk selama-lamanya. Sebenarnya para pendaki itu dikumpulkan di suatu tempat oleh para dayang sang ratu, lalu sang ratu akan bermain-main sepuasnya dengan orang-orang yang berhasil diculik tersebut. Bila sudah bosan bermain, maka sang ratu akan memerintahkan para dayang untuk menjatuhkan orang-orang tersebut dari atas tebing puncak Alpen, tamatlah riwayat para pendaki yang tersesat itu.

Suatu hari seorang pemburu dari sebuah desa yang jauh berada di bawah kaki pegunungan Alpen kehilangan arah ketika mengejar binatang buruannya, dan dia mendengar suara merdu sang ratu, diikutinya arah datangnya suara yang memiliki kekuatan magis itu. Ketika sang ratu melihat para dayang menyeret hasil culikan mereka, sang ratu terkejut, dihadapannya berdiri seorang yang sangat bersahaja, berparas rupawan, dan terlihat pemberani, seketika hati sang ratu meleleh, dia jatuh cinta pada si pemburu rupawan itu. Lama sekali sang ratu asik bermain, bercengkrama dan bercanda, dan para dayang mencium gelagat yang tidak baik, mereka merasa cemburu, takut pada akhirnya sang ratu akan menikahi si pemburu, lalu mereka hidup bahagia selama-lamanya. Maka malam itu juga, saat sang ratu tertidur pulas, para dayang menyeret tubuh si pemburu, dibawanya ke tebing dimana biasanya mereka membunuh orang-orang hasil culikan. Dan malam itu nasib si pemburu berakhir di dasar tebing, nyawanya melayang ketika tubuhnya membentur cadas dinding tebing, bukan itu saja, hati sang pemburu pun ikut hancur, luluh lantak.
Keesokan harinya, saat sang ratu hendak bertemu dengan kekasih pujaannya, para dayang memeberitahukan apa yang telah terjadi, mereka bercerita bahwa semalam saat sang ratu tertidur, pemuda itu kabur dari kurungan, dan karena malam begitu gelap, tak sengaja kaki si pemuda terantuk batu yang menyebabkannya terjatuh ke dasar tebing. Alangkah sedih sang ratu..kekasihnya telah tiada, padahal baru kali ini dia merasakan cinta yang amat dalam, maka meneteslah air mata kesedihan jatuh bercucuran di pipinya. Satu tetes air matanya menitik jauh ke dasar tebing, tepat mendarat di atas sepihan hati sang pemburu yang telah hancur binasa, secara ajaib, dari pecahan batu tempat air mata itu mendarat tumbuh dengan cepat batang yang putih, seputih salju, dari batang itu bermekaran bunga dalam ukuran mini tidak lebih tinggi dari 20 cm, juga bewarna putih, seputih cinta sang ratu pada pemburu yang bernasib malang itu..

Tidak heran bila edelweiss menjadi lambang dari suatu yang murni, suci, berharga, banyak negara-negara terutama di Eropa memakai simbol edelweiss untuk pernghargaan pada suatu yang bernilai, misal Austria menggunakan simbol edelweiss pada koin euro, juga digunakan sebagai label  oleh perusahaan bir, lambang pariwisata di Bulgaria, judul lagu, merk farfum di Austria, bahkan  pada masa kekuasaan Nazi di Jerman, sekelompok pemuda memakai lambang edelweiss yang disematkan sebagai pin atau bros di baju mereka, edelweiss dijadikan lambang sebagai simbol ANTI NAZI.

1 komentar:

  1. bagus ceritanya...makasih udah share disini yajadi banyak yang tahu sejarahnya

    BalasHapus